Wednesday, 13 April 2022

LAPAR MELATIH RASAI PENDERITAAN ORANG MISKIN

  
Keadaan lapar melatih dan memelihara kepekaan kepada orang yang selalu menanggung lapar dan penderitaan akibat kesulitan hidup. Nabi Yusuf sewaktu menjadi bendahara kerajaan di Mesir, ditanya mengapa ia tidak pernah mengenyangkan diri dengan makanan. Beliau menjawab: “Aku takut jika aku kenyang aku lupa kepada orang yang lapar.” 
 
Dikhabarkan, Hatim Al-Thai mempunyai seorang ayah yang banyak harta. Ia menyuruh Hatim supaya tidak banyak memberi, tetapi Hatim malah tidak berhenti memberi. 
 
Seseorang menyarankan kepada ayah Hatim: “Jika tuan ingin Hatim berhenti, tuan harus mengurungnya di dalam rumah selama beberapa hari. Selepas itu, dia tidak akan memberi lagi.” 
 
Ayah Hatim pun melaksanakan nasihat itu mengurung Hatim di dalam rumah. Setelah sebulan dikurung, barulah Hatim dilepaskan. 
 
Si ayah yakin bahawa, setelah dikurung, Hatim tidak akan mengulangi kebiasannya lagi. Dia memberi Hatim dua ratus unta. Sangkaan si ayah tidak tepat. Hatim memanggil penduduk kampung seraya berkata: “Barang siapa mengambil unta di antara unta-unta ini dengan tali, unta itu menjadi miliknya.” 
 
Lalu, seorang demi seorang mengambil unta dan habislah semua unta di tangan Hatim. Sepulangnya ke rumah, Hatim menceritakan hal itu kepada ayahnya. Si ayah bertanya, mengapa dia masih berbuat seperti itu. Hatim menjawab: “Rasa lapar telah mendorongku untuk tidak kedekut dengan apa yang aku miliki.” 
 
Abu Hurairah berkata: “Kamu lihat, aku merintih di antara kuburan Nabi dan mimbar kerana lapar, sehingga orang mengatakan aku gila. Aku bukan gila, melainkan lapar.” 
 
Pernah suatu kali, ketika Rasulullah SAW mengimami sembahyang, beberapa sahabat tidak sanggup berdiri kerana lapar. 
 
Selesai sembahyang, Rasulullah SAW menoleh ke arah mereka dan bersabda: “Seandainya kalian tahu apa yang akan kalian dapatkan di sisi Allah (kerana lapar kalian), nescaya kalian akan menambah (lapar kalian).”

No comments:

Post a Comment